Pesona Wanita Anshar


wanita anshar


Selalu saja ada yang istimewa dari generasi terbaik umat ini. Generasi yang hidup di bawah bimbingan Rasulullah -shallallahu alaihi wa sallam-, generasi yang pernah menghias panggung sejarah dengan keteguhan iman, ketinggian akhlak, kebesaran jiwa dan keluasan ilmu. Menulis tentang mereka membuat pena seolah tak ingin berhenti.

Kali ini saya coba goreskan sepenggal kisah tentang mereka yang pernah menjadi bagian dari generasi terbaik itu, mereka adalah wanita anshar, wanita yang sangat taat dalam menjalankan perintah wahyu. Ketaatan mereka bahkan menuai pujian dari wanita Muhajirin terbaik, Aisyah -radhiallahu anha-. Beliau berkata,

“Sesungguhnya wanita-wanita Quraisy mempunyai banyak kelebihan. Akan tetapi demi Allah, sungguh aku tidak pernah melihat wanita yang lebih utama dari wanita Anshar, yang paling yakin pada kitabullah dan paling beriman dengan Al-Qur’an.

Ketika diturunkan satu ayat dalam surah an-Nuur,

“.. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya..” (QS: An-Nuur: 31)

Kaum lelaki segera menemui istri, putri, dan saudari-saudari serta seluruh karib kerabat mereka. Mereka kemudian membacakan ayat tersebut. Mendengar ayat tersebut dibacakan, mereka segera mengambil pakaian yang terbuat dari wol lalu mereka tutupkan ke kepala mereka sebagai bukti keimanan dan pembenaran terhadap firman Allah. Kemudian mereka pergi menemui Rasulullah -shallallaahu alaihi wasallam untuk shalat di belakangnya sambil menutup kepala, seolah-olah di atas kepala mereka ada burung gagak.

Masyaallah... Ketundukan yang luar biasa, ketundukan yang menggambarkan ketinggian iman dan puncak pembenaran. Apabila Allah dan Rasul-Nya telah memutuskan sebuah perkara mereka segera berkata, “Kami dengar dan kami patuhi.”
Coba bandingkan dengan kebanyakan wanita muslimah saat ini.

Di pojok lain sejarah dikisahkan bahwa suatu hari ummu Sulaim pernah menemui Rasulullahshallallahu alaihi wa sallam untuk bertanya,

يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لاَ يَسْتَحْيِي مِنَ الحَقِّ، فَهَلْ عَلَى المَرْأَةِ مِنْ غُسْلٍ إِذَا احْتَلَمَتْ؟

"Wahai Rasulullah, sesungguhnya Allah tidak malu untuk menjelaskan kebenaran. Apakah wanita wajib mandi junub bila dia bermimpi?"

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab,

نَعَمْ، إِذَا رَأَتِ المَاءَ

”Ya, apabila dia melihat air mani.”

Mendengar hal itu, Ummu Salamah tersenyum keheranan, “Apakah wanita juga bisa mimpi basah?” Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam menjawab,

نَعَمْ، تَرِبَتْ يَمِينُكِ، فَبِمَ يُشْبِهُهَا وَلَدُهَا

“Iya benar, lantas darimana bisa ada kemiripan anaknya.” (HR. Bukhari & Muslim)

Itu hanya sekelumit dari sekian banyak keunikan wanita Anshar, tidak salah bila Ummul Mukminin Aisyah -radhiallahu anhu- memuji mereka dalam ucapannya yang masyhur,

نِعْمَ النِّسَاءُ نِسَاءُ الأَنْصَارِ لَمْ يَمْنَعْهُنَّ الحَيَاءُ أَنْ يَتَفَقَّهْنَ فِي الدِّينِ

“Sebaik-baik wanita adalah wanita anshar. Rasa malu tidak menghalangi mereka untuk belajar agama.” (Ibnu Majah)

Gambaran di atas sungguh jauh berbeda dengan realita kebanyakan wanita muslimah saat ini.
Keistimewaan wanita anshar tidak hanya sebatas bertanya masalah agama saja, tapi juga dalam mengamalkan wahyu. Mereka tidak merasa malu bertanya tentang masalah agama, meskipun apa yang mereka tanyakan tabu bagi sebagian orang.

Saatnya bercermin kembali.
_______
|| Gorontalo 28 sya'ban 1436 H
|| ACT El-Gharantaly
Previous
This is the oldest page
Thanks for your comment